Saturday, December 16, 2017

Kembali Harus Melepas

Rintik hujan mulai membasahi pekarangan rumah. Aku berfikir hujan akan lama singgah, tapi ternyata aku salah. Hujan hanya singgah beberapa menit saja, sebelum akhirnya ia pergi dan tak tahu kapan akan menyapa ku lagi.

Mungkin hujan tidak ada bedanya seperti kamu. Iya kamu, yang aku pikir juga akan lama singgah, namun ternyata aku kembali salah.

Kamu yang berhasil membuat aku kembali merasakan apa yang selama beberapa tahun belakang ini hilang. Kehadiran kamu membawaku lagi pada masa itu, masa dimana sebuah bentuk perhatian menjadi amat penting.

Kamu menyadarkan aku bahwa kesendirian yang terlalu lama itu tidak baik. Kamu membawa semua impian impian itu hadir dan menyapa ku.
Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kita, kamu yang berada di ujung Indonesia sana, sementara aku ada di Ibu Kota Indonesia yaitu Jakarta, bukan menjadi alasan untuk tidak berkomunikasi. Yaaa, kita begitu memanfaatkan kecanggihan teknologi dan akses komunikasi yang sudah menjangkau seluruh Indonesia.

Aku tidak tahu rencana Tuhan seperti apa sehingga Ia menghadirkan kamu, teman masa kecil ku untuk kembali menyapa ku. Lama tidak bersua, kembali membawa ku ke memori lama. Memori yang aku ingat betul bentuk dan rupa saat itu secara utuh. Masa dimana kamu dan aku hanya mengerti bagaimana caranya mengayuh sepeda dan praktik bagaimana cara membuat telur asin, ya karena kita satu kelas saat itu.

Kini kedatanganmu membawa harapan lebih untuk hidup ku. Dengan segala perbincangan yang kita lalukan pada malam menjelang pagi, percakapan yang aku ingat betul kata demi kata.

Rencana sudah kita susun, meskipun tidak ada ucapan yang jelas dan mengikat tapi kita sama sama yakin bahwa tahun depan menjadi awal yang indah. Berjanji untuk saling mengisi setibanya kamu di Jakarta nanti.
Sampai suatu malam, aku berdoa pada Penciptaku, apakah kamu yang terbaik untuk aku. Aku meminta kepada-Nya, memohon petunjuk-Nya, agar aku tak salah jalan lagi. Aku membisikan doa doa yang aku harap akan terjalin bersama mu. Namun sepertinya harapan itu harus aku kubur dalam-dalam, karena Penciptaku menyadarkan aku, mungkin kamu bukan yang tepat dan terbaik untuk aku.

Disaat yang bersamaan aku kembali tersadar, sekuat apapun aku mencoba menggenggammu, mempertahankanmu untuk selalu bersama ku, kamu tetap bukan untuk ku. Penciptaku bilang bahwa kamu bukan jodohku, dan aku diminta kembali untuk bersabar dan memperbaiki diri untuk menjadi manusia lebih baik.

Sekuat apapun kamu menggenggamnya, jika dia bukan untukmu, maka kamu harus rela melepas kembali dan berserah diri.

---
Tulisan ini aku buat bersama dengan turunnya hujan disuatu siang yang menyadarkan aku, untuk bagaimana seharusnya aku bersikap. Terimakasih telah hadir mengisi hariku dan membawa harapan itu untuk ku. Kini, berlayarlah kembali hingga kamu menemukan dimana pelabuhan terakhirmu untuk singgah dengan waktu lama
. Jakarta, 247.

0 komentar: